PENDAHULUAN
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sangat sering
dijumpai dan menyebabkan mortalitas yang berarti pada negara berkembang dan
menjadi beban ekonomi pada negara maju. Di dunia penyakit ini mengenai 3-5
miliar anak setiap tahun dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per
tahun atau merupakan 12 % dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada
usia di bawah 5 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini dapat dijumpai di
seluruh daerah baik negara maju maupun negara
berkembang seperti Indonesia.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, gastroenteritis
akut merupakan salah satu alasan utama anak-anak dirawat di rumah sakit, dengan
angka rawat jalan sekitar 4 juta per tahun, angka rawat inap 220.000 dan jumlah
kematian sekitar 300 per tahun. Kasus gastroenteritis pada orang dewasa yang
dirawat inap di Amerika Serikat juga meningkat kejadiannya seperti yang
digambarkan dalam salah satu penelitian tentang peningkatan kejadian
gastroenteritis selama tahun 1996-2007.
Di Indonesia gastroenteritis masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.
Penyakit ini dalam beberapa tahun menjadi penyebab nomor satu pasien rawat inap
di Indonesia.Berdasarkan data laporan rumah sakit di Indonesia tahun 2008,
diare dan gastroenteritis akut merupakan penyakit urutan pertama yang menjadi
penyebab pasien di rawat inap di rumah sakit dengan angka kejadian 200.412
kasus. Pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu
masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di
Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality
Rate/CFR) sebesar 1,92%. Penyakit ini juga menduduki peringkat kelima penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia tahun 2010).
Di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data dari dinas
kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 203.317 kasus diare di sarana
kesehatan dengan angka kematian sebanyak 12 kasus. Di Medan pada tahun 2013
terdapat 26.243 kasus diare pada sarana kesehatan.
DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya
inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan
muntah.
ANATOMI
Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf ‘J’,
dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung
berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior
berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas
ke hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal
junction disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut
kurvatura minor, dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ
lambung terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.
Secara anatomik,
lambung terbagi atas 5 daerah (gambar 2.1.) yaitu: (1). Kardia, daerah yang
kecil terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2).
Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan
meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus,
merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian
paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf ‘J’; (4). Antrum pilori,
adalah bagian 1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal
meluas dari korpus hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori,
merupakan bagian tubulus yang paling distal dari lambung. Bagian ini secara
kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal dan berfungsi untuk
mengontrol lewatnya makanan ke duodenum. Permukaan fundus dan korpus banyak
dijumpai lipatan rugae lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan
percabangan dari arteri celiac, hepatik dan splenik. Aliran pembuluh
vena lambung dapat secara langsung masuk ke sistem portal atau secara tidak
langsung melalui vena splenik dan vena mesenterika superior. Nervus vagus
mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan pleksus celiac merupakan
inervasi simpatik. Banyak ditemukan pleksus saluran limfatik dan kelenjar getah
bening lainnya. Drainase pembuluh limfe
di lambung terbagi atas empat daerah yaitu: (1). Kardia dan sebagian kurvatura
minor ke kelenjar getah bening gastrik kiri; (2). Pilorik dan kurvatura minor
distal ke kelenjar getah bening gastrik dan hepatik kanan; (3). Bagian
proksimal kurvatura mayor ke kelenjar limfe pankreatikosplenik di hilum
splenik; serta (4). Bagian distal kurvatura mayor ke kelenjar getah bening gastroepiploik
di omentum mayor dan kelenjar getah bening pilorik di kaput pankreas.
ETIOLOGI
a.
Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typi,
Salmonella paratypi A, B, C, Shigella dysentri, Shigella flexneri, Vibrio
cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolytius, Clostridium perfringens,
Campilobacter (Helico-bacter) jejuni, Staphylococcus, Streptococcus, Yersinia
intestinal, Coccidiosis.
b.
Parasit, Protozoa : Entamoeba histolytica,
Giardia lamblia, Trichomonas hominis isospora, Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tichiura, Velmicularis,
Strongyloides stercolaris, Taenia saginata, Taenia solium.
c.
Virus : rotavirus
PATOFISIOLOGI
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan
klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat penting
iskemia pada mukosa gaster, disamping faktor pepsin, refluks empedu dan cairan
pankreas.
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak
mukosa lambung melaui beberapa mekanisme obat-obat ini dapat menghambat aktivitas
siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting
untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa
merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain
menghambat produksi prostaglandin mukosa , aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal
terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga
dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi
nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung
sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Gastritis terjadi karena adanya ketidakseimbangan
antara faktor agresif dan faktor defensive. Faktor agresif itu terdiri dari
asam lambung, pepsin, AINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, bahan
korosif: asam dan basa kuat. Sedangakan faktor defensive tersebut terdiri dari
mukus, bikarbonas mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas, untuk mencegah
komplikasi, dan mungkin mengurangi durasi penyakit.
a.
Antibiotik
- Ciprofloxacin (Cipro)
Fluoroquinolones
adalah agen pilihan untuk pengobatan empiris invasif pada pasien dewasa. Obat
ini merupakan agen pilihan ketika pengobatan diindikasikan dan organisme yang
terlibat diketahui Campylobacter, E coli (non-O157: H7), Salmonella nontyphoid,
Shigella, atau Yersinia.
- Trimethoprim-sulfamethoxazole (Bactrim)
Pilihan
kedua yang sangat baik untuk terapi empiris, meskipun tidak efektif terhadap
organisme Campylobacter.
- Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm)
Antibiotik
spectrum luas khusus untuk patogen enterik dari saluran pencernaan (yaitu,
gram-positif, gram negatif, aerobik, dan anaerobik). Mengikat subunit-beta dari
bakteri DNA-dependent RNA polimerase, sehingga menghambat sintesis RNA.
Diindikasikan untuk E coli.
b. Antiemetik
- Proklorperazin (Compazine)
Obat
antidopaminergic yang menghalangi postsynaptic reseptor dopamin mesolimbic. Memiliki
efek antikolinergik dan dapat menekan reticular activating system, bertanggung
jawab untuk menghilangkan mual dan muntah.
- Prometazin (Phenergan)
Agen
antidopaminergic efektif dalam pengobatan emesis. Blok postsynaptic reseptor
dopaminergik mesolimbic di otak dan mengurangi rangsangan pada sistem reticular
batang otak.
- Ondansetron (Zofran)
Selektif
antagonis reseptor 5-HT3 yang menghalangi serotonin baik perifer dan pusat.
Diindikasikan untuk mual dan muntah akibat radiasi dan / atau kemoterapi dan mual
dan muntah pasca operasi.
c. Agen
antidiare
- Loperamide (Imodium)
Umumnya
aman dan diindikasikan dalam pengobatan awal diare.
- Difenoksilat HCl 2,5 mg / atropin sulfat 0,025 mg (Lomotil)
Setiap 5
cc Lomotil mengandung 2,5 mg diphenoxylate hidroklorida dan 0,025 mg atropin
sulfat.
Diskin, Arthur.
2015. Emergent
Treatment of Gastroenteritis Medication.
Available From: http://emedicine.medscape.com/article/775277-medication.
Rudy.2003.
Distribusi
Penderita Gastroenteritis Pada Balita Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Haji
Medan Tahun 2002. Available From: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34097
Sloane, Ethel.
2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.
EGC: Jakarta
Tarigan, Lusia. 2014. Gambaran Klinis Pasien
Gastroenteritis Dewasa Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan PeriodeJuni
2013 - Desember 2013. Available From: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/43345