Selasa, 23 Juni 2015

SINDROM DOWN



PENDAHULUAN
Sindrom down adalah kelainan kromosom yang paling umum dan paling dikenal pada manusia dan penyebab paling umum dari cacat intelektual. Hal ini terutama disebabkan oleh trisomi kromosom 21, yang menimbulkan beberapa komplikasi sistemik sebagai bagian dari sindrom.
           
Sindrom down bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu kelainan genetic yang dapat terjadi pada pria dan wanita. Kelainan ini merupakan hasil dari kelainan kromosom yang tidak selalu diturunkan kepada keturunan berikutnya. Kelainan kromosom yang paling sering ditemukan adalah kelebihan kromosom 21 yang dinamakan trisomi 21.
            Insidennya 1 dalam 600 sampai 1 dalam 700 kelahiran, lebih dari separuh bayi yang terkena mengalami abortus spontan selama kehamilan dini. Di Indonesia ditemukan 1 dalam 600 kelahiran hidup.
            Sebagian besar kasus trisomi 21 (94%) disebabkan oleh kromosom ekstra. Penderita memiliki kromosom abnormal yang bervariasi. Tipe translokasi terjadi pada 3% kasus, tipe mosaicism sebanyak 2% dan sisanya 1% terdiri atas kelainan kromosom yang langka. Keadaan ini juga berhubungan dengan pertambahan usia maternal (usia ibu saat kehamilan).
Angka kejadian sindrom down meningkat tajam pada wanita yang melahirkan anak setelah berusia 35 tahun keatas. Pada penelitian tahun 2000 di SLB-C Kotamadia Semarang dari 55 kasus sindrom down menunjukkan hampir 70% kasus dilahirkan oleh ibu usia >31 tahun dengan kasus terbanyak dilahirkan oleh ibu berusia antara 36-40 tahun. Namun demikian ada sejumlah kecil (3,6%) penderita sindrom down yang dilahirkan oleh ibu usia muda antara 15-20 tahun dan 12,7% oleh ibu usia 21-25 tahun. Hal ini perlu dipertimbangkan faktor-faktor lain yang menyebabkan kerusakan gel pada meiosis I seperti: ketidakseimbangan hormonal pada saat hamil, infeksi intra uterin dan sindrom down yang diwariskan dari orang tua.
Kejadian sindrom Down diperkirakan 1 per 733 kelahiran, meskipun secara statistik lebih umum dengan orang tua lebih tua (baik ibu dan ayah) akibat peningkatan eksposur mutagenik pada sel reproduksi beberapa orang tua. Rata-rata IQ anak-anak dengan sindrom Down adalah sekitar 50, dibandingkan dengan anak normal dengan IQ 100. Sejumlah kecil memiliki parah pada tingkat tinggi cacat intelektual.
Perkembangan yang lambat merupakan ciri utama pada anak down sindrom. Baik perkembangan fisik maupun mental. Hal ini yang menyebabkan keluarga sulit untuk menerima keadaan anak dengan down sindrom.setiap keluarga menunjukkan reaksi yang berbeda-beda terhadap berita bahwa anggota keluarga mereka menderita down sindrom, sebagian besar memiliki perasaan yang hampir sama yaitu: sedih, rasa tak percaya, menolak, marah, perasaan tidak mampu dan juga perasaan bersalah.

DEFINISI
Sindrom down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Kelainan yang terjadi pada kromosom 21 , yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Ciri-ciri anak sindrom down pada umumnya mempunyai kekhasan yang bisa dilihat secara fisik selain dengan pemeriksaan jumlah kromosomnya. Tanda-tanda fisik ini bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai dengan terlihat dengan jelas. Ciri-ciri fisik anak down syndrome adalah sebagal berikut: bentuk kepala yang relatif kecil dengan bagian belakang yang tampak mendatar (peyang), hidung kecil dan datar (pesek); hal ini mengakibatkan mereka sulit bernapas. mulut yang kecil dengan lidah yang tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal yang mengakibatkan lidah sering menjulur keluar bentuk mata yang miring dan tidak punya lipatan di kelopak matanya letak telinga lebih rendah dengan ukuran telinga yang kecil; hal ini mengakibatkan mudab terserang infeksi telinga rambut lurus, halus dan jarang untuk kulit yang kering tangan dan jari-jari yang pendek dan pada ruas kedua jari kelingking miring atau bahkan tidak ada sama sekali, sedangkan pada orang normal memiliki tiga ruas tulang pada telapak tangan terdapat garis melintang yang disebut Simian Crease. Garis tersebut juga terdapat di kaki mereka yaitu di antara telunjuk dan ibu jari yang jaraknya cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot simian crease / garis melintang pada telapak tangan otot yang lemah (hypotomus); mengakibatkan pertumbuhan terganggu (terlambat dalam proses berguling, merangkak, berjalan, berlari dan berbicara) pertumbuhan gigi geligi yang lambat dan tumbuh tak beraturan sehingga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.

FISIOLOGI
Kromosom merupakan rantai DNA yang berpilin dengan kuat dan mengandung protein. Kromosom merupakan kromatin yang menebal dan ditemukan dalam nukleus serta terlihat dengan jelas saat pembelahan sel. Semua sel somatik (tubuh) normal, kecuali sel kelamin (ovum dan spermatozoa), memiliki 46 kromosom, atau 23 pasang kromosom. Dari 23 pasang kromosom, 22 pasang diantaranya merupakan pasangan yang homolog (cocok) disebut autosom. Kromosom homolog membawa informasi genetik dengan karakter yang sama. Sel yang memiliki anggota pasangan yang lengkap disebut diploid (2n). Suatu sel, seperti ovum atau spermatozoa, yang hanya memiliki salah satu anggota dari pasangan kromosom disebut haploid (n).
a.       Mitosis
Sel yang aktif membelah melewati suatu siklus yang dikenal sebagai siklus sel. Siklus ini berlangsung secara teratur dan dibedakan atas dua stadia, yaitu stadium istirahat (interfase) dan stadium mitosis. Mitosis merupakan pembelahan sel yang meliputi pembelahan dan pembagian nukleus beserta kromosom-kromosom di dalamnya. Proses pembelahan nukleus dinamakan karyokinesis. Setelah karyokinesis akan segera dikuti oleh pembelahan sel, sehinga sebuah sel akan menjadi dua anakan sel yang sama. Proses membelahnya sel dinamakan sitokinesis. Adanya karyokinesis dan sitokinesis yang berlangsung secara berkesinambungan menyebabkan informasi genetik di dalam semua sel somatis suatu individu tetap. Mitosis terdir atas 4 fase yang terjadi secara berurutan yaitu:
1.Profase
Memasuki profase kromatin mengalami kondensasi membentuk kromosom. Kromosom cepat memendek dan menjadi lebih tebal. Tiap kromosom terdir atas 2 kromatid yang dihubungkan oleh sebuah sentromer. Selama profase, nukleolus dan membran inti menghilang. Mendekati akhir profase terbentuklah spindel. Pada akhir profase, kromosom- kromosom menempatkan dir di bidang ekuator dari sel.
2. Metafase
Kedua kromatid dalam satu kromosom (sering disebut kromatid kakak beradik) masih dihubungkan oleh satu sentromer dan terletak di bidang ekuator sel.
3. Anafase
Kedua kromatid kakak beradik memisahkan dir dan masing-masing bergerak sebagai kromosom anakan menuju ke kutub dari spindel yang berlawanan letaknya. Proses ini didahului oleh membelahnya sentromer menjadi dua bagian. Fase ini menyelesaikan pembagian jumlah kromosom secara kuantiatif sama ke dalam sel anakan. Kecuali itu juga berlangsung pembagian bahan genetik secara kualitatif sama.
4. Telofase
Datangnya kromosom anakan di kutub spindel merupakan tanda dimulainya telofase. Terbentuknya membran inti baru, anak inti baru dan menghilangnya spindel terjadi selama fase ini. Dengan terbentuknya dua buah inti baru, maka di tengah sel terbentuk dinding yang baru. Berlangsunglah sitokinesis (pembelahan sel).
b.      Meiosis
Meiosis merupakan pembelahan sel yang spesifk karena berlangsung di waktu pembentukan gamet-gamet saja. Pada pembelahan ini kromosom dirubah dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). Pada proses fertilsasi terjadilah persatuan gamet-gamet haploid, sehinga terciptalah zigot yang diploid. Keterangan genetik memisah secara teratur ke dalam gamet-gamet. Dalam keturunan akan tercampur keterangan genetik yang berasal dari masing-masing induk.
  1. Profase I
Perbedan penting antara mitosis dan meiosis terutama pada profase. Profase 1 dibedakan menjadi beberapa stadia yaitu:
a. Leptonema: Kromatin dari nti sel induk nampak seperti benang-benang panjang yang halus dan melingkar-lingkar.
b. Zygonema: Benang-benang kromatin berubah bentuknya dan menjadi batang-batang kromosom. Masing-masing kromosom mencari pasangannya sendiri yang sama dan sebangun atau yang serupa (kromosom homolog). Proses berpasangan ini disebut sinapsis.
c. Pachynema: Benang-benang kromosom menjadi lebih tebal dan jelas. Tiap benang tampak dobel. Masing-masing kromosom dari sepasang kromosom homolog terdir dari duakromatid. Pada profase mitosis, kromosom-kromosom terpisah dan tidak saling berhubungan. Dalam profase I meiosis, kromosom-kromosom homolog berpasangan sebagai bivalen, dan inilah yang dijumpai sebagai haploid. Pachynema merupakan stadia yang sangat penting yaitu pindah silang (crosing over). Proses ini akan nampak jelas pada fase berikutnya.
d. Diplonema: Fase ini ditandai dengan mulai memisahnya kromatid-kromatid yang semula berpasangan membentuk bivalen. Memisahnya kromatid-kromatid paling kuat terjadi pada bagian sentromer. Akan tetapi bagian-bagian tertentu dari kromosom homolog tetap berdekatan dan bagian ini disebut kiasma, karena pada tiap kiasma kromatid kromatid-kromatid yang yang menjauhkan dir itun tampak bersilang. Di tempat persilangan (kiasma) itu kromatid-kromatid tak serupa (nonsister chromatids) putus. Ujung-ujung dari kromatid yang putus tadi bersambungan secara resiprok. Proses penukaran segmen-segmen kromatid tak serupa dari pasangan kromosom homolog beserta gen-gen yang berangkai secara resiprok dinamakan pindah silang.
e. Diakinesis: Kromosom-kromosom menjadi lebih pendek. Stadium ini diakhir dengan menghilangnya membran inti, nukleolus, dan terbentuknya spindel.
2.  Metafase I
Pasangan-pasangan kromosom homolog berada di bidang ekuator.
  1. Anafase I
Kromosom homolog yang mengadakan sinapsis mulai bergerak untuk berpisah. Tiap kromosom masih tersusun atas dua kromatid yang masih berhubungan pada daerah sentromer.
  1. Telofase I.
Kromosom-kromosom tiba di kutub spindel. Membran inti dan nukleolus terbentuk lagi.

PATOFISIOLOGI
Kromosom 21 mempengaruhi hampir semua sistem organ dan menghasilkan spektrum yang luas dari konsekuensi fenotipik. Ini termasuk komplikasi yang mengancam jiwa, terjadi perubahan klinis yang signifikan (misalnya, cacat intelektual), dan ciri-ciri fisik dismorfik. Sindrom down menurunkan kelangsungan hidup prenatal dan meningkatkan morbiditas prenatal dan postnatal. Anak yang terkena, memiliki keterlambatan dalam pertumbuhan fisik, pematangan, perkembangan tulang, dan erupsi gigi.
Dua hipotesis yang berbeda telah diusulkan untuk menjelaskan mekanisme kerja gen di sindrom Down. Ketidakstabilan perkembangan (yaitu, kehilangan keseimbangan kromosom) dan apa yang disebut efek dosis-gen. Menurut hipotesis efek dosis-gen, gen yang terletak pada kromosom 21 telah diekspresikan dalam sel dan jaringan dari pasien sindrom down, dan ini memberikan kontribusi untuk kelainan fenotipik.
Salinan tambahan bagian proksimal 21q22.3 tampaknya menghasilkan fenotip fisik yang khas, yang meliputi:
·         Cacat intelektual.
Kebanyakan pasien dengan sindrom down memiliki beberapa tingkat kerusakan kognitif, mulai dari yang ringan (kecerdasan quotient [IQ] 50-75) ke penurunan berat (IQ 20-35); pasien menunjukkan penundaan motorik dan bahasa selama masa kanak-kanak
·         Fitur wajah Karakteristik
·         anomali tangan
·         Cacat jantung bawaan.
Hampir setengah dari pasien yang terkena memiliki penyakit jantung bawaan, termasuk defek septum ventrikel dan cacat kanal atrioventrikular.
Analisis molekuler menunjukkan bahwa daerah 21q22.1-q22.3, juga dikenal sebagai Down Syndrome Critical Region (DSCR), tampaknya mengandung gen atau gen yang bertanggung jawab untuk penyakit jantung bawaan pada sindrom down. Sebuah gen baru, DSCR1, diidentifikasi di wilayah 21q22.1-q22.2, sangat disajikan dalam otak dan jantung dan merupakan kandidat untuk terlibat dalam patogenesis sindrom down, terutama yang berkaitan dengan cacat intelektual dan cacat jantung.
Fungsi fisiologis abnormal mempengaruhi metabolisme tiroid dan malabsorpsi usus. Pasien dengan trisomi 21 memiliki peningkatan risiko obesitas. Sering mengalami infeksi yang mungkin karena gangguan respon imun, dan kejadian autoimunitas, termasuk hipotiroidisme dan hashimoto tiroiditis, meningkat.
Pasien dengan sindrom down mengalami penurunan penyangga reaksi fisiologis, sehingga hipersensitivitas terhadap pilocarpine dan respon abnormal pada penelusuran sensory-evoked electroencephalographic (EEG). Penurunan penyangga proses metabolisme hasil dalam kecenderungan untuk hyperuricemia dan meningkatkan resistensi insulin. Diabetes mellitus berkembang pada banyak pasien yang terkena. Penuaan dini menyebabkan katarak dan penyakit alzheimer. Reaksi leukemoid dari masa bayi dan peningkatan risiko leukemia akut menunjukkan disfungsi sumsum tulang.
Manifestasi muskuloskeletal pada pasien dengan sindrom Down termasuk mengurangi ketinggian, atlanto-oksipital dan hipermobilitas atlantoaxial, dan malformasi tulang belakang dari tulang belakang leher. Temuan ini dapat menyebabkan atlanto-oksipital dan ketidakstabilan serviks, serta komplikasi seperti kelemahan dan kelumpuhan.

PENATALAKSANAAN
a.       Terapi Stimulasi
Untuk merangsang perkembangan IQ anak penderita sindrom down, terapi stimulasi diberikan dengan melatih gerakan-gerakan motorik anak sejak usia dini. Latihan tersebut dapat dilakukan sendiri oleh anak dan dapat dibantu oleh ahli fisioterapi. Melalui gerakan-gerakan motorik itu perkembangan saraf dirangsang sehingga bisa mempengaruhi perkembangan saraf dan otaknya.
b.      Permainan
Permainan dapat membantu pemahaman anak-anak mengenai kehidupan. Melalui permainan juga, anak dengan sindrom down akan berupaya memahami hubungan saling terkait, sebab akibat.
1. Permainan selidik dan jelajah
a. Terkait pada semua benda
b. Mengintip dan mengambil objek
c. Memutar dan menggosok objek pada permukaan lantai untuk melumat apa yang terjadi
d. Merangkak dan berlatih serta berkeinginan membuka lemari, laci, bakul, atau kotak.
2. Permainan membina dan kognitif. Misalnya, mencantumkan gambar berdasarkan corak, bentuk dan warna
3. Permainan sosial
a. Tertawa apabila digelitik
b. Bermain sembunyi-sembunyi
4. Permainan khayalan
a. Berpura-pura menjadi orang lain dalam suasana berbeda
b. Bermain masak-masak
5. Permainan merangsang pergerakan otot. Berlari, melompat, memanjat, dan menari
6. Permainan bahasa
a. Meniru gaya bicara
b. Menyanyi
c.   Terapi Obat
o   Analgesik
Kontrol nyeri penting untuk kualitas perawatan pasien. Ini memastikan kenyamanan pasien dan memiliki sifat analgesik menenangkan yang bermanfaat bagi pasien yang menderita trauma atau cedera.
§  Acetaminophen dan kodein (Tylenol # 3, Modal dan Codeine)
Kodein adalah analgesik yang bekerja sentral; acetaminophen adalah analgesik yang bertindak perifer. Kombinasi diindikasikan untuk pengobatan nyeri ringan sampai cukup parah. Tablet mengandung acetaminophen 300 mg dan 30 mg kodein fosfat; obat mujarab mengandung acetaminophen 120 mg dan 12 mg kodein per 5 mL.
§  Morfin sulfat (Duramorph, Astramorph, MS Contin, Oramorph SR) Morfin adalah obat narkotika yang mengganggu reseptor opioid; terutama bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) dan gastrointestinal (GI) saluran.
§  Ibuprofen (Motrin, Advil, Caldolor)
Ibuprofen adalah anggota dari kelompok asam propionat obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID). Ini memiliki anti-inflamasi, analgesik, dan aktivitas antipiretik. Cara kerjanya tidak jelas, tetapi mungkin terkait dengan penghambatan prostaglandin sintetase.
§  Naproxen (Aleve, Anaprox, Naprosyn, Naprelan)
Naproxen adalah NSAID dari kelompok asam arylacetic. Ini menghambat sintesis prostaglandin.
o   Antidysrhythmics
Antidysrhythmics dapat meningkatkan morbiditas pada pasien dengan gagal jantung kongestif sekunder akibat cacat jantung bawaan. 
§  Digoxin (Lanoxin)
Digoxin adalah glikosida jantung dengan efek inotropik langsung di samping efek tidak langsung pada sistem kardiovaskular. Ini bekerja langsung pada otot jantung, meningkatkan kontraksi sistolik miokard. Tindakan langsung mengakibatkan peningkatan aktivitas saraf sinus karotis dan ditingkatkan penarikan simpatik untuk setiap peningkatan tekanan arteri rata-rata.
o   Diuretik
Diuretik harus digunakan untuk mengelola gagal jantung kongestif sekunder cacat jantung bawaan.
§  Furosemide (Lasix)
Furosemide meningkatkan ekskresi air dengan mengganggu sistem cotransport klorida mengikat, yang, pada gilirannya, menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam lengkung henle dan tubulus distal ginjal. Bioavailabilitas furosemide oral 50%. Dosis bervariasi tergantung pada kondisi klinis pasien.
§  Hydrochlorothiazide (Microzide)
Hydrochlorothiazide menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal, menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air serta kalium dan hidrogen ion.
§  Metolazone (Zaroxolyn)
Metolazone adalah diuretik quinazoline dengan sifat mirip dengan diuretik thiazide. Ini menghambat resorpsi natrium di lokasi pengencer kortikal dan tubulus proksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Chen, Harold. Down Syndrome Medication. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/943216-medication [Accesed on: August 18, 2014]
Irdawati. Muhlisin A. Sindrom Down pada Anak Ditinjau dari Segi Biomedik dan Penatalaksanaannya. Available From: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/2035/BIK_Vol_2_No_1_9_Irdawari.pdf?sequence=1  [Accesed on: March, 2009]
Selikowizt. 2001. Mengenal Sindroma Down. Jakarta: Arcan
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta
Sudiono, Janti. 2008. Gangguan Tumbuh Kembang. EGC: Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar