Kamis, 25 Juni 2015

GASTROENTERITIS



PENDAHULUAN
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sangat sering dijumpai dan menyebabkan mortalitas yang berarti pada negara berkembang dan menjadi beban ekonomi pada negara maju. Di dunia penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 % dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini dapat dijumpai di seluruh daerah baik negara maju maupun  negara berkembang seperti Indonesia.


Di negara maju seperti Amerika Serikat, gastroenteritis akut merupakan salah satu alasan utama anak-anak dirawat di rumah sakit, dengan angka rawat jalan sekitar 4 juta per tahun, angka rawat inap 220.000 dan jumlah kematian sekitar 300 per tahun. Kasus gastroenteritis pada orang dewasa yang dirawat inap di Amerika Serikat juga meningkat kejadiannya seperti yang digambarkan dalam salah satu penelitian tentang peningkatan kejadian gastroenteritis selama tahun 1996-2007.
Di Indonesia gastroenteritis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Penyakit ini dalam beberapa tahun menjadi penyebab nomor satu pasien rawat inap di Indonesia.Berdasarkan data laporan rumah sakit di Indonesia tahun 2008, diare dan gastroenteritis akut merupakan penyakit urutan pertama yang menjadi penyebab pasien di rawat inap di rumah sakit dengan angka kejadian 200.412 kasus. Pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92%. Penyakit ini juga menduduki peringkat kelima penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia tahun 2010).
Di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data dari dinas kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 203.317 kasus diare di sarana kesehatan dengan angka kematian sebanyak 12 kasus. Di Medan pada tahun 2013 terdapat 26.243 kasus diare pada sarana kesehatan.

DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah.

ANATOMI
Lambung merupakan organ yang berbentuk kantong seperti huruf ‘J’, dengan volume 1200-1500ml pada saat berdilatasi. Pada bagian superior, lambung berbatasan dengan bagian distal esofagus, sedangkan pada bagian inferior berbatasan dengan duodenum. Lambung terletak pada daerah epigastrium dan meluas ke hipokhondrium kiri. Kecembungan lambung yang meluas ke gastroesofageal junction disebut kurvatura mayor. Kelengkungan lambung bagian kanan disebut kurvatura minor, dengan ukuran ¼ dari panjang kurvatura mayor. Seluruh organ lambung terdapat di dalam rongga peritoneum dan ditutupi oleh omentum.
            Secara anatomik, lambung terbagi atas 5 daerah (gambar 2.1.) yaitu: (1). Kardia, daerah yang kecil terdapat pada bagian superior di dekat gastroesofageal junction; (2). Fundus, bagian berbentuk kubah yang berlokasi pada bagian kiri dari kardia dan meluas ke superior melebihi tinggi gastroesofageal junction; (3). Korpus, merupakan 2/3 bagian dari lambung dan berada di bawah fundus sampai ke bagian paling bawah yang melengkung ke kanan membentuk huruf ‘J’; (4). Antrum pilori, adalah bagian 1/3 bagian distal dari lambung. Keberadaannya secara horizontal meluas dari korpus hingga ke sphincter pilori; dan (5). Sphincter pilori, merupakan bagian tubulus yang paling distal dari lambung. Bagian ini secara kelesulurhan dikelilingi oleh lapisan otot yang tebal dan berfungsi untuk mengontrol lewatnya makanan ke duodenum. Permukaan fundus dan korpus banyak dijumpai lipatan rugae lambung. Pembuluh darah yang mensuplai lambung merupakan percabangan dari arteri celiac, hepatik dan splenik. Aliran pembuluh vena lambung dapat secara langsung masuk ke sistem portal atau secara tidak langsung melalui vena splenik dan vena mesenterika superior. Nervus vagus mensuplai persyarafan parasimpatik ke lambung dan pleksus celiac merupakan inervasi simpatik. Banyak ditemukan pleksus saluran limfatik dan kelenjar getah bening  lainnya. Drainase pembuluh limfe di lambung terbagi atas empat daerah yaitu: (1). Kardia dan sebagian kurvatura minor ke kelenjar getah bening gastrik kiri; (2). Pilorik dan kurvatura minor distal ke kelenjar getah bening gastrik dan hepatik kanan; (3). Bagian proksimal kurvatura mayor ke kelenjar limfe pankreatikosplenik di hilum splenik; serta (4). Bagian distal kurvatura mayor ke kelenjar getah bening gastroepiploik di omentum mayor dan kelenjar getah bening pilorik di kaput pankreas.

ETIOLOGI
a.       Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typi, Salmonella paratypi A, B, C, Shigella dysentri, Shigella flexneri, Vibrio cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolytius, Clostridium perfringens, Campilobacter (Helico-bacter) jejuni, Staphylococcus, Streptococcus, Yersinia intestinal, Coccidiosis.
b.      Parasit, Protozoa : Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis isospora, Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale, Necator americanus, Trichuris tichiura, Velmicularis, Strongyloides stercolaris, Taenia saginata, Taenia solium.
c.       Virus : rotavirus

PATOFISIOLOGI
Seluruh mekanisme yang menimbulkan gastritis erosif karena keadaan klinis yang berat belum diketahui benar. Faktor-faktor yang amat penting iskemia pada mukosa gaster, disamping faktor pepsin, refluks empedu dan cairan pankreas.
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid merusak mukosa lambung melaui beberapa mekanisme obat-obat ini dapat menghambat aktivitas siklooksigenase mukosa. Siklooksigenase merupakan enzim yang penting untuk pembentukkan prostaglandin dari asam arakhidonat. Prostaglandin mukosa merupakan salah satu faktor defensive mukosa lambung yang amat penting, selain menghambat produksi prostaglandin mukosa , aspirin dan obat antiinflamasi nonsteriod tertentu dapat merusak mukosa secara topikal, kerusakan topikal terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif sehingga dapat merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh lambung sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Gastritis terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive. Faktor agresif itu terdiri dari asam lambung, pepsin, AINS, empedu, infeksi virus, infeksi bakteri, bahan korosif: asam dan basa kuat. Sedangakan faktor defensive tersebut terdiri dari mukus, bikarbonas mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi.

PENATALAKSANAAN
Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas, untuk mencegah komplikasi, dan mungkin mengurangi durasi penyakit.
a.       Antibiotik
  • Ciprofloxacin (Cipro)
Fluoroquinolones adalah agen pilihan untuk pengobatan empiris invasif pada pasien dewasa. Obat ini merupakan agen pilihan ketika pengobatan diindikasikan dan organisme yang terlibat diketahui Campylobacter, E coli (non-O157: H7), Salmonella nontyphoid, Shigella, atau Yersinia.
  • Trimethoprim-sulfamethoxazole (Bactrim)
Pilihan kedua yang sangat baik untuk terapi empiris, meskipun tidak efektif terhadap organisme Campylobacter.
  • Rifaximin (Xifaxan, RedActiv, Flonorm)
Antibiotik spectrum luas khusus untuk patogen enterik dari saluran pencernaan (yaitu, gram-positif, gram negatif, aerobik, dan anaerobik). Mengikat subunit-beta dari bakteri DNA-dependent RNA polimerase, sehingga menghambat sintesis RNA. Diindikasikan untuk E coli.
b.      Antiemetik
  • Proklorperazin (Compazine)
Obat antidopaminergic yang menghalangi postsynaptic reseptor dopamin mesolimbic. Memiliki efek antikolinergik dan dapat menekan reticular activating system, bertanggung jawab untuk menghilangkan mual dan muntah.
  • Prometazin (Phenergan)
Agen antidopaminergic efektif dalam pengobatan emesis. Blok postsynaptic reseptor dopaminergik mesolimbic di otak dan mengurangi rangsangan pada sistem reticular batang otak.
  • Ondansetron (Zofran)
Selektif antagonis reseptor 5-HT3 yang menghalangi serotonin baik perifer dan pusat. Diindikasikan untuk mual dan muntah akibat radiasi dan / atau kemoterapi dan mual dan muntah pasca operasi.
c.       Agen antidiare
  • Loperamide (Imodium)
Umumnya aman dan diindikasikan dalam pengobatan awal diare.
  • Difenoksilat HCl 2,5 mg / atropin sulfat 0,025 mg (Lomotil)
Setiap 5 cc Lomotil mengandung 2,5 mg diphenoxylate hidroklorida dan 0,025 mg atropin sulfat.

DAFTAR PUSTAKA
Diskin, Arthur. 2015. Emergent Treatment of Gastroenteritis Medication. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/775277-medication.
Rudy.2003. Distribusi Penderita Gastroenteritis Pada Balita Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002. Available From: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/34097
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. EGC: Jakarta
Tarigan, Lusia. 2014. Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan PeriodeJuni 2013 - Desember 2013. Available From: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/43345

Tidak ada komentar:

Posting Komentar