Tidak seperti dokter hewan, maka seorang dokter “manusia”
harus melakukan wawancaraa yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga
dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan
kesehatan. Wawancara yang baik sering kali sudah dapat mengarahkan masalah
pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Di dalam ilmu kedokteran, wawancara
terhadap pasien disebut anamnesis.
Tehnik anamnesis yang baik disertai dengan empati
merupakan seni tersendiri dalam rangkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan
dalam usaha untuk membuka saluran komunikasi antara dokter dengan pasien.
Empati mendorong keinginan pasien agar sembuh karena rasa percaya kepada
dokter. Penting diperhatikan bahwa fakta yang terungkap selama anamnesis harus
dirahasiakan (Mc Kellar: Provacy Laws, 2002) meskipun di zaman yang modern ada
beberapa bagian yang dapat dikecualikan.
Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetri
dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis
susunan sistem dan anmnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya,
kebiasaan, obat-obatan, lingkungan). Pada pasien usia lanjut perlu dievaluasi
juga status fungsionalnya, seperti ADL, IADL. Pasien dengan sakit menahun,
perlu dicatat pasang-surut kesehatannya, termasuk obat-obatannya dan aktivitas
sehari-harinya.
Referensi : Anggota PAPDI Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V, Interna Publishing. Jakarta, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar