Senin, 13 Juli 2015

ANAMNESIS



 Tidak seperti dokter hewan, maka seorang dokter “manusia” harus melakukan wawancaraa yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Wawancara yang baik sering kali sudah dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Di dalam ilmu kedokteran, wawancara terhadap pasien disebut anamnesis. Tehnik anamnesis yang baik disertai dengan empati merupakan seni tersendiri dalam rangkaian pemeriksaan pasien secara keseluruhan dalam usaha untuk membuka saluran komunikasi antara dokter dengan pasien. Empati mendorong keinginan pasien agar sembuh karena rasa percaya kepada dokter. Penting diperhatikan bahwa fakta yang terungkap selama anamnesis harus dirahasiakan (Mc Kellar: Provacy Laws, 2002) meskipun di zaman yang modern ada beberapa bagian yang dapat dikecualikan.
      
      Perpaduan keahlian mewawancarai dan pengetahuan yang mendalam tentang gejala (simtom) dan tanda (sign) dari suatu penyakit akan memberikan hasil yang memuaskan dalam menentukan diagnosis kemungkinan sehingga dapat membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis harus dilakukan secara tenang, ramah dan sabar, dalam suasana yang rahasia dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. Sebelum melakukan anmnesis, perkenalkan diri dulu kepada pasien, dan tanyakan juga nama pasien secara baik; harap jangan salah menyebutkan nama pasien. Buatlah catatan penting selama melakukan anamnesis sebelum dituliskan secara lebih baik di dalam status pasien. Status adalah catatan medik pasien yang memuat semua catatan mengenai penyakit pasien dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anmnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan gawat-darurat, afasia akibat strok dan lain sebagainya.
            Anamnesis yang baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat obstetri dan ginekologi (khusus wanita), riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan anmnesis pribadi (meliputi keadaan sosial ekonomi, budaya, kebiasaan, obat-obatan, lingkungan). Pada pasien usia lanjut perlu dievaluasi juga status fungsionalnya, seperti ADL, IADL. Pasien dengan sakit menahun, perlu dicatat pasang-surut kesehatannya, termasuk obat-obatannya dan aktivitas sehari-harinya.


Referensi : Anggota PAPDI Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V, Interna Publishing. Jakarta, 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar